Archive of ‘Uncategorized’ category

3.2.a.10. AKSI NYATA – PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

3.2.a.10. AKSI NYATA – PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

“AKU ARSITEK CILIK”

 

Buat Pertanyaan Bagaimana memanfaatkan aset lingkungan rumah dan sekolah untuk pembelajaran yang berdampak pada murid ?
Ambil Pelajaran
  1. Siswa memiliki barang-barang bekas yang tidak terpakai di rumah.
  2. Sekolah dekat dengan pasar dan pusat perbelanjaan
Gali Mimpi
  1. Murid senang belajar dengan suasana baru/berbeda
  2. Murid mendapat kesempatan belajar langsung dengan praktek langsung
  3. Murid dapat membuat karya sederhana dengan barang bekas
  4. Murid terisnpirasi untuk menjadi arsitek
  5. Murid terinspirasi untuk mengelola brang bekas menjadi produk bernilai tinggi
Jabarkan Rencana
  1. Guru merencanakan program praktek pada dengan siswa
  2. Guru menyampaikan program kepada kepala sekolah
  3. Guru menyampaikan rencana kepada Wali murid melalui grup WA
  4. Guru dan siswa melakukan diskusi dan pembagian kelompok
  5. Guru menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh murid
  6. Murid mempresentasikan hasil kerja menyajikan laporan hasil kegiatan sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.
Atur Eksekusi Membuat panitia kegiatan yang terdiri atas:

Penanggung jawab : Kepala sekolah

Tim Pelaksana ; Guru Kelas VI

Peserta ; Siswa kelas 6

Sie Perlengkapan : Ketua kelompok

Bendahara  : bendahara kelompok

Laporan dibuat oleh ketua panitia/dewan guru

Koordinasi dilakukan melalui rapat panitia dan grup  secara intensif

ARTIKEL AKSI NYATA

PERISTIWA / FACT

Program Sekolah yang berdampak pada murid saya beri nama “ Aku Arsitek Cilik”.

Program ini merupakan praktek langsung dari pembelajaran Tema 3 Kelas VI yaitu materi rangkaian listrik seri dan paralel.

Pada tahun-tahun seblumnya saya menyampaikan materi ini hanya praktek langsung dengan beberapa saklar dan lampu. Kemudian setelah alat dan bahan siap, siswa langsung dibimbing untuk praktek menyusun rangkaian listrik seri dan paralel.

Namun pada kesempatan kali ini, praktek dibuat berbeda. Saya memberikan tantangan pada siswa untuk mendesain miniatur rumah sederhana dari bahan-bahan bekas yang ada di sekitar siswa. Barang bekas itu antara lain kardus dan sterofoam. Di dalam miniatur rumah itu ada rangkaian listrik seri dan paralel.

Desain rumah harus ada ruang minimal di dalamnya. Ruang yang harus ada antara lain: halaman, teras, ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur, WC, gudang/ garasi. Masing-masing ruang minimal satu buah.

Didalam masing-masing ruang harus ada instalasi listrik. Instalasi listrik tersebut minimal satu saklar dan satu lampu. Dalam pembuatan instalasi listri anak diajarkan juga berhemat. Untuk itu ada ruang yang satu saklar dua lampu dan satu lampu untuk dua ruang. Setiap rangkaian listrik harus mandiri, artinya satu saklar hanya dapat menghidupkan/ mematikan satu/ dua lampu.

Alasan utama kegiatan tersebut adalah bahwa sumber / aset sudah tersedia dengan muddah dilingkungan anak. Kardus bekas dari barang elektronik, mi instan, steroafoam tersedia melimpah. Anak juga memilki antusias yang tinggi, karena sebelumnya saya sudah membuat satu contoh miniatur rumah. Kegiatan tersebut juga bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada anak. Seperti kita ketahui dalam taksonomi Bloom, bahwa melakukan akan memberikan pelajaran yang dapat bertahan lama dalam dimensi kognitif anak.

 

PERASAAN / FEELINGS

Selama melaksanakan program tersebut saya merasa sangat senang dan bahagia. Melihat anak-anak sangat antusias, bersemangat melaksanakan kegiatan. Kesibukan anak saat melaksanakan program sungguh makin memotivasi saya untuk terus mencari ide bagaimana mengkatifkan anak dalam pembelajaran lainya. Keseriusan anak, kadang ada sedikit ketegangan diantara mereka dalam menerapkan ide sungguh pemandangan yang indah di mata saya.

3.1.a.8.1. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa   Sebagai seorang pemimpin kita harus memiliki konsep kepemimpinan tersebut, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Tiga semboyan ini dicetuskan dan diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan. Makna dari semboyan tersebut yakni Di depan, pemimpin harus menjadi contoh atau panutan. “Di depan, kita harus memberi teladan,” . Di tengah-tengah, pemimpin harus dapat memotivasi, menggugah semangat, kemauan dan niat. Di belakang, seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan arahan. Dari penjelasan makna Patrap Triloka diatas bisa kita gambarkan sebagai seorang pemimpin, kita juga harus mampu dalam mengambil keputusan-keputusan yang bijak dalam penerapan pembelajaran disekolah, karena sejatinya Guru merupakan aktor penting didalam menentukan langkah peserta didik guna mencapai masa depannya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Pendidik memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang terdidik melalui nilai-nilai luhur. Selain itu, guru adalah teladan yang perlu di dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya serta Kemampuan menetapkan pilihan terbaik merupakan kompetensi yang diharuskan dimiliki oleh guru. Dengan menetapkan pilihan terbaik berarti guru telah mengambil sebuah keputusan. Keputusan yang diambil seorang guru baik itu tentang materi, langkah-langkah pembelajaran, strategi panilaian tentunya sangat menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan pilihan yang sesuai tersebut akan menghiasi proses belajar mengajar di kelas yang efektif dan efisien, dan pada alkhirnya dapat menentukan prestasi belajar siswa

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Menurut saya cukup efektif pengambilan keputusan dalam sesi coaching yang sudah saya lakukan tersebut karena didalam sesi coaching ada keterkaitan dalam hal menentukan keputusan yang diambil baik itu bagi Guru maupun bagi peserta didik itu sendiri.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Nilai dan moral bukan hanya perbedaan tetapi juga memiliki keterkaitan dan hubungan yang saling berkaitan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat bahawa ketika kita melakukan sesuatu yang bermoral maka kita telah melukan juga sesuatu yang bernilai. Dengan kata lain bahwa nilai memberiakan acuan atau pedoaman agar kita melakukan suatu perbuatan yang dianggap baik. seorang guru yang bermoral adalah pendidik yang mampu menjaga ucapan dan tindakan agar tidak menimbulkan sesuatu yang merugikan dirinya dan peserta didiknya. Pendidik yang bermoral adalah mereka yang senantiasa tetap konsisten menjaga martabat baik profesinya serta mampu menunjukan perilaku, tindakan, dan apa yang keluar dari mulutnya dapat menimbulkan kebaikan bagi orang banyak

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Bawahan dapat memberikan masukan atas keputusan yang dibuat pemimpin dalam hal ini Kepala Sekolah,sehingga cara pengambilan keputusan didasarkan atas musyawarah.Keputusan sifatnya tidak semua bergantung pada pimpinan sekolah, yang mana seorang guru juga bisa membuat keputusan tetapi dalam taraf yang sewajarnya mengingat kita adalah sebagai bawahan. Kemudian Dalam pengambilan keputusan ataupun penyusunan kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah tentunya harus melibatkan bawahan sehingga keputusan bukan hanya mementingkan sebelah pihak saja (pimpinan). Jika hal-hal tersebut dapat dicapai dengan baik insha allah akan terciptanya lingkungan belajar yang positif aman dan nyaman karena lingkungan belajar adalah suatu tempat atau keadaan yang dapat mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia. Tentu, manusia tersebut adalah siswa sebagai subjek yang diteliti di lingkungan tersebut

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Mungkin salah satu kesulitan yang dihadapi adalah dilingkungan saya terdapat banyak sekali suku dan budaya yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pola pikir dari manusia itu sendiri. Namun hal ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi mengingat Pelangi itu indah karena perbedaan warnanya.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengaruhnya tentu sangat kuat karena dalam mengambil keputusan kita sebagai guru benar-benar memikirkan, mengidentifikasi serta tidak gegabah untuk menentukan langkah apa yang paling baik dan cocok dalam hal membuat kebijakan yang tentunya berpihak pada murid-murid kita disekolah.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Tak jarang banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. tugas terpenting seorang pemimpin adalah membangun visi. Maksudnya disini adalah seorang pemimpin muncul dengan gambaran tentang kondisi masa depan yang ideal. Kemudian pemimpin akan menjelaskan visinya kepada para bawahannya. Kemudian seorang Pemimpin harus berusaha untuk menggerakkan dan terus memotivasi agar visi dari seorang pemimpin tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan adalah Penentu serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam jiwa seorang pemimpin tentunya dipenuhi dengan serangkaian pembuatan atau pengambilan keputusan-keputusan, baik  masalah yang skalanya besar maupun kecil. Pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh seorang Pimpinan, tetapi sebagai bawahan juga kita bisa dalam menentukan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dalam suatu permasalahan, Karena hal tersebut berdampak pada hal-hal yang sifatnya jangka pendek dan jangka panjang. Tentunya materi ini ada kaitannya dengan materi sebelumnya yakni tentang Coaching, karena didalam coaching tersebut sebagai seoarang coache kita dituntut untuk mengambil suatu tindakan guna menapaki langkah selanjutnya yang menurut kita terbaik untuk situasi saat ini maupun situasi yang akan datang.

 

1.2.a.9. Koneksi Antar Materi – Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak

CGP : Budidoyo, S.Pd.

asilitator : Titik Umiyati, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan adalah usaha untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Guru penggerak merupakan agen transformasi pendidikan menuju ke arah yang lebih baik dan berlandaskan pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Untuk dapat menuntun siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru penggerak diantaranya yaitu menuntun siswa dalam pembelajaran bak filosofi seorang petani dalam menumbuhkan tanamannya dengan penuh kasih sayang, menghamba pada sang anak, memahami kodrat anak (kodrat alam dan kodrat zaman), memperbaiki laku siswa agar selaras antara budi dan pekertinya, menjadikan siswa sebagai manusia yang merdeka.
Selain melakukan hal- hal di atas seorang guru penggerak harus memiliki 4 kompetensi wajib yaitu
  1. Memimpin pembelajaran
  2. Mengembangkan diri dan orang lain
  3. Memimpin pengembangan sekolah
  4. Memimpin manajemen sekolah

Guru penggerak juga memiliki nilai-nilai yang harus selalu diterapkan dan agar dapat menjadi teladan bagi rekan guru dan juga komunitasnya. Nilai-nilai tersebut antara lain yaitu.

  1. Mandiri
  2. Reflektif
  3. Kolaboratif
  4. Inovatif
  5. Berpihak pada murid

Peran guru penggerak di dalam pembelajaran dan pengembangan sekolahnya yaitu sebagai berikut :
  1. Berkolaborasi dengan orangtua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan kepemimpinan murid.
  2. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.
  3. Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi dan berkolaborasi
  4. Memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual.
  5. Merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melibatkan orangtua.
  6. Mewujudkan profil pelajar Pancasila yang terdiri atas beriman, bertakwa kepada tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan kebhinekaan global.

Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

LMS 1.1..a.9. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

  • Ditulis oleh : Budidoyo
  • CGP Angkatan 2, Kabupaten Kebumen
  • Kelas : O – 59
  • Fasilitator : Titik Umiyati
  • Pendamping : AMbar Silowati

Hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara)

Sebelum membaca dan mempelajari modul 1.1 pada pelatihan calon guru penggerak ini saya percara murid dan pembelajaran di kelas saya baik-baik saja. Mereka belajar dengan disiplin, mengerjakan tugas dengan baik, dan bisa menamatkan pendididikannya di SD dengan nilai yang baik serta mendapatkan sekolah yang lebih tinggi sesuai dengan keinginnannya. Namun informasi dari teman-teman guru, dimata siswa saya guru yang galak, disiplin, dan tidak bisa diajak bercanda. Jika saya tidak ada karakter mereka banyak yang berubah, sehingga guru yang menggantikan merasa kewalahan. Dari sana saya berpikir bahwa ada masalah dengan siswa dalam kelas saya. Ada hal tersembunyi yang belum saya kupas. Saya merasa kecewa, atas anggapan sebagian besar siswa tersebut. Karena sebenarnya yang saya inginkan mereka disiplin dan rajin belajar, sehingga bisa menamatkan pendidikannya dengan baik dan membanggakan orang tua.

Setelah saya merefleksi, mungkin saya terlalu keras sehingga mereka tidak memiliki dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk belajar menjadi lebih baik, namun karena rasa takut ditegur atau dibina oleh guru. Namun saya mempunyai sebuah keyakinan bahwa kedisiplinan yang saya tanamkan akan membuahkan hasil dikemudian hari.

Dalam proses pembelajaran di kelas sudah menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada anak seperti inkuiri, discovery learning, kooperatif dan lain sebagainya, namun belum begitu sering mengingat materi yang padat serta persiapan untuk ujian kelulusan siswa kelas 6. Dalam hati merasa harus melakukan perubahan, namun di sisi lain takut kalau nilai siswa menurun dan mengecewakan orang tua.

Perubahan dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara)

Perubahan dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1 ini adalah sebagai berikut :

  1. Saya semakin memiliki komitmen untuk mengabdikan diri dan melayani peserta didik dengan sepenuh hati. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga guru harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang di sekitanya. Nilai esensial yang harus tertanam pada seorang guru sebagai sokoguru pendidikan di Indonesia adalah berfikir, berdzikir, beramal sholeh, serta mengabdi kepada masyarakat.

Semboyan Ki Hajar Dewantara yang sangat bengitu melekat di benak saya adalah “Ing ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Apabila hakikat dari semboyan ini benar-benar di implementasikan dengan baik dan benar oleh diri kita, maka akan memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri dan generasi bangsa yang akan datang.

Ing ngarso Sung Tulodo, ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari semboyan yang pertama ini mengajak kepada guru, bahwa guru harus mampu memberikan contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan maupun pola pikirnya. Apalagi seorang guru dalam kurikulum 2013 juga dituntut untuk membentuk siswa yang salah satu kompetensi intinya dapat Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Oleh karena itu, apabila guru memberikan teladan yang baik dan benar, maka perilaku siswa akan menjadi baik juga, bahkan mereka bisa jadi lebih baik dari pada kita. Dengan kata lain, seorang guru merupakan public figure yang akan dijadikan panutan siswanya, maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.

Ing Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat. Hakikat dari semboyan yang kedua ini mengajak kepada para guru, bahwa para guru haruslah berada di antara siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman bagi siswanya. Dengan demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan memberikan inspirasi kepada anak didiknya.  Sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka.

Tut Wuri Handayani, ketika di belakang memberikan daya kekuatan. Hakikat dari semboyan yang ketiga ini mengajak kepada para guru untuk selalu memberikan arahan yang baik dan benar dalam kemajuan belajar siswanya. Oleh karena itu para guru dapat memotivasi anak didiknya untuk lebih giat dalam belajar. Dengan demikian, mereka merasa selalu diperhatikan dan selalu mendapat pikiran-pikiran positif dari diri gurunya. Sehingga mereka selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada kondisinya saat ini.

Ketiga semboyan ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, seorang guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai pada siswanya. Dalam hal ini guru tidak hanya begitu saja mendorong dan mengarahkan siswanya untuk mengikuti nilai-nilai tersebut, tetapi guru juga harus memberikan contoh bagaimana nilai-nilai tersebut tertanam di dalam dirinya. Selain memberi contoh, guru juga harus mengarahkan nilai-nilai tersebut di tengah-tengah siswa dan memberi motivasi mereka untuk bertindak agar sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Ada satu semboyan lagi yang sangat melekat pada diri kita, yaitu Asih, Asah dan Asuh. Asih adalah mengasihi anak secara psikis agar terbentuk karakter atau jiwa yang saling menyayangi terhadap sesama. Asah adalah menajamkan intelektual atau pola pikir anak agar menjadi manusia yang cerdas dan pintar secara intelektual. Asuh adalah pemeliharaan anak secara fisik agar sehat dan kuat jasmaninya

  1. Selain hal tersebut, hal yang merubah pemikiran saya adalah salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung  itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

  1. Setelah membaca modul dan melakukan literasi semua bahan bacaan yang lain terkait pemikirian filosofis Ki Hajar Dewantara, saya menjadi lebih tersadar akan dasar Pendidikan anak yang berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Ki Hajar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi, sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Sebagai seorang guru hal yang segera diterapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah :

  1. Menjadi teladan bagi siswa
  2. Membuat program pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( membuat kesepakatan )
  3. Menjalin kolaborasi dengan kepala sekolah, guru sejawat, dan orang tua siswa
  4. Bangkit dari kebiasaan lama. Membuat hal baru dalam kelas yang dapat membangkitkan siswa untuk ingin tahu lebih mendalam berbagai hal terkait materi yang kita sampaikan. Lupakan fokus mengejar nilai yang membuat siswa terhambat untuk bereksplorasi. Belajar menjadi guru penggerak yang berani menggagas ide.
  5. Menjadikan suasana belajar seperti taman bermain. Suasana  belajar yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing peserta didik. Menerapkan metode among yaitu metode yang berdasarkan pada asah, asih, dan asuh (carededicationlove). Mendesain ruangan kelas agar lebih nyaman, penuh dengan literasi untuk mendukung suasana belajar.
  6. Lebih menanamkan nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas dalam setiap pembelajaran.

 

 

(more…)

Back to Blog

Lama tidak posting di blog.

Beberapa waktu terlena dengan sihir Facebook, walaupun tidak suka dengan update status. Hanya chating saja.

Hari ini kembali ngeblog, semoga bisa konsisten. Terutama akan kembali menulis. Apapun!!!

 

1 2